Judul : Imam Abu Abdillah Muhammad Ar-Rozi Penulis Tafsir Al-Kabir
link : Imam Abu Abdillah Muhammad Ar-Rozi Penulis Tafsir Al-Kabir
Imam Abu Abdillah Muhammad Ar-Rozi Penulis Tafsir Al-Kabir
Berbicara tentang Al Quran, berarti membahas tentang suatu kitab yang suci nan sakral. Al Quran sebagai rahamat linnas wa rahmatal lil ‘alamiin, menjadikan kitab suci ini sebagai landasan dan huda dalam menapak jejak kehidupan di dunia ini.Dalam Al Quran yang menjadi mukjizat Rasulullah Saw, didalamnya banyak terkandung hikmah dan interpretasi yang luas, sehingga ketika membaca Al Quran maka kita akan mendapatkan makna-makna yang lain ketika kita membacanya lagi. Inilah yang menjadikan Al Quran terasa nikmat ketika dibaca dan terasa tenang dihati ketika mendengarnya, walaupun yang mendengarnya itu seorang ‘Ajami yang tidak paham bahasa Al Quran.
Dalam bermuamalah dengan Al Quran, terkadang kita mendapatkan ayat-ayat yang sulit untuk dipahami maksudnya. kita memerlukan sebuah perangkat untuk memahami kandungan Al Quran, yang kita kenal dengan istilah tafsir. bahkan sahabat nabi terkadang masih sulit untuk memahami Al Quran. Sehingga ketika para sahabat tidak mengetahui makna atau maksud suatu ayat dalam Al Quran, mereka langsung merujuk kepada Rasulullah dan menanyakan hal tersebut.
Sebagai umat Islam yang baik, tentunya kita tidak pernah luput dalam bersentuhan dengan Al Quran, setidaknya dengan senantiasa membacanya.Namun apakah cukup hanya dengan membacanya saja? tentunya untuk meningkatkan kualitas kita dalam bergaul dengan Al Quran, dan untuk merasakan mukjizat Al Quran lebih dalam, adalah disamping kita membacanya, kita juga membaca dan menelaah tafsir-tafsir sebagai bayan atau yang menjelaskan dari Al Quran itu sendiri.
Salah satu jalan yang ditempuh dalam bergelut dalam dunia tafsir, setidaknya dengan mengetahui pengarang dan metodologi yang dipakai dalam menginterpretasi Al Quran.Pada makalah yang singkat ini, penulis mencoba memaparkan salah satu mufassir terkenal, mufassir yang keilmuannya tidak ada yang menandingi pada zamannya, dialah Fakhruddin Ar Razi.
Biografi Fakhruddin Ar Razi
Nama lengkap beliau Abu Abdillah, Muhammad bin Umar bin Alhusain bin Alhasan Ali, At Tamimi, Al Bakri At Thabaristani Ar Rozi. beliau di juluki sebagai Fakhruddiin ( kebanggaan islam), dan dikenal dengan nama Ibnu Al khatiib, yang bermadzhabkan Syafi’i. Beliau lahir pada tahun 544 H. beliau dilahirkan di Ray, yaitu sebua kota yang terletak disebelah tenggara Teheran Iran.kemudian beliau wafat pada bulan syawal, 606 H/1209 M.
Tentang perawakannya ia berbadan tegak, berjanggut lebat, memiliki suara yang keras dan juga bersikap sopan santun, beliau mempunyai beberapa nama panggilan seperti Abū ‘Abdillah, Abū Ma’ali, Abul Fādil, dan Ibnu Khatib ar-Ray. Beberapa gelar itu diberikan disebabkan karna pengetahuaannya yang luas, maka beliau mendapat berbagai gelar seperti: Khatib ar-Ray, Imām, Syaikhul Islām dan fakhruddīn. Dia mendapat julukan Khatib ar-Rayy karena dia adalah ulama terkemuka dikota Ray. Dia dijulukiImām karena menguasai ilmu fikhi dan ushul fiqih. Dia dipanggil sebagai Syaikhul Islām karena penguasaaan keilmuannya yang tinggi. Dan di dalam bidang tarfsir beliau lebih di kenal dengan nama Fakhruddīn Ar-Rāzi.
Sejak kecil Imām Fakhruddīn Ar-Rāzisudah di didik oleh ayahnya sendiri, syikh Dhiyauddīn, ulama terkemuka pada masanya yang berjuluk khatib Ar-Ray, beliau adalah seoramg tokoh, ulama dan pemikir yang dikagumi oleh masyarakat Ray. disitulah Ar-Rāzi berkembang menjadi manusia soleh dan pencinta ilmu, setelah beliau menyelesaikan pada ayahnya barulah beliau melakukan perjalanan keberbagai kota seperti Khurasan dimana disana banyak ulama besar yang berasal dari negri itu‘Abdullah bin mubārak, Imām Bukhāri, Imām Tirmiżi dan ulama besar lainnya, Dari khurasan atau lebih dikenal lagi dengan bukhara, beliaumelanjutkan perjalanannya ke irak, terus ke syam,namun lebih banyak waktunya digunakan di khawarzimi untuk belajar memperbanyak ilmunya, kemudia teakhir beliau berangkat kenegri kota heart di daerah afganistan untuk belajar mengajar.
Imam Fakhruddin Ar Razi tidak ada yang menyamai keilmuan pada masanya, ia seorang mutakallim pada zamannya, ia ahli bahasa, ia Imam tafsir dan beliau sangat unggul dalam berbagai disiplin ilmu. Sehingga banyak orang-orang yang datang dari belahan penjuru negeri, untuk meneguk sebagian dari keluasan ilmu beliau. Imam Fakhruddin dalam memberikan hikmah pelajaran beliau menggunakan bahasa arab dan bahasa asing.
Imam Fakhruddin Ar Razi wafat pada tahun 606 H. Dikatakan beliau meninggal, ketika beliau berselisih pendapat dengan kelompok Al karamiah tentang urusan aqidah, mereka sampai mengkafirkan Fakhruddin Ar Razi, kemudian dengan kelicikan dan tipu muslihat, mereka meracuni Ar Razi, sehingga beliau meninggal dan menghadap pada Rabbi Nya.
Guru-guru beliau
Perjalanan panjangnya kebeberapa daerah tersebut memungkinkannya untuk menemui beberapa ulama yang kemudian dijadikan guru dalam berbagai disiplin ilmu, utamanya dalam bidang tafsir. Diantara beberapa ulama yang kemudian menjadi gurunya ialah:
a. Salmān ibn Naṡir ibn Imrān ibn Muḥammad ibn Isma’īl ibn Isḥāq ibn Zaid ibn Ziyād ibn Maimun ibn Mahran, Abu Al-Qasīm al-Anṣāri, salah seorang murid imām al-Haramain.
b. ‘Abd Mālik bin ‘Abdullah ibn Yusuf ibn’ Abdullah ibn Yusuf ibn Muhammad, yang terkenal dengan namaImām Al-Haramain Ḍiyauddin Abu Al-Ma’ali l-Juwaini.
c. Ibrahīm ibn Muḥammad ibn ibraḥim ibn mahran, Al-Imām Ruknuddīn Abu Isḥak Al-Isfirayani, seorang pakar teologi dan hukum islam dari Khurasan.
d. Abu Ḥusain Muḥammad ibn Muḥammad ibn Abdurraḥmān ibn As-Sa’īd Al-Bahīli.
e. ‘Ali ibn Isma’īl ibn Isḥaq ibn Sālim ibn Isma’īl ibn ‘Abdullah ibn Musa ibn Bilāl ibn Abu Bard ibn Abu Musa, seorang teolog yang terkenal dengan nama As-Syaikh Abu Ḥasan Al-Asy’ari Al-Baṣri.
f. Muḥammad ibn ‘Abdul Wahhāb ibn Salām Abu ‘Ali Al-Jubbā’i, seorang tokoh teolog mu’tazilah.
g. Al-Ḥasān ibn Mas’ūd ibn Muḥammad abu Muḥammad al-Bagāwi. Dari tokoh ini, Fakhruddīn Ar-Rāzi mendalami filsafat, disamping dari guru lainnya, terutama Majduddīn al-Jilli.
h. Al-Ḥusain ibn Muḥammad ibn Aḥmad al-Qaḍi, Abu ‘Ali al-Maruzī.
i. ‘Abdullah ibn Aḥmād ibn’ Abdulāh al-Maruzī, Abu Bakār al-Qaffāl as-Shagīr.
j. Muḥammad ibn Aḥmād ibn ‘Abdullāh.
k. Ibrahīm ibn Aḥmād Abu Isḥāq al-Maruzī.
l. Aḥmād ibnu ‘Umar ibn Sari’ al-Qaḍi Abu al-‘Abbās al-Bagdādi.
m. ‘Usmān ibn Sa’īd ibn Baṣr Abu al-Qasīm al-Anmati al-Bagdādi al-Aḥwāl.
n. Muḥammad ibn Idrīs ibn al-‘Abbās ibn ‘Usmān ibn al-Syafī’i ibn as-Sayb ibn ‘Ubaid ibn Abu Yazīd ibn Hasyīm ibn ‘Abdul Muṭṭalib kakek Rasulullah SAW.
Murid-murid beliau
Beliau memiliki murid yang banyak dari setiap penjuru, namun yang dianggap paling populer adalah :
a. ‘Abd al-Hamīd ibn ‘Isa ibn Umrawiyah ibn Yusuf ibn Khalīl ibn Abdullāh, ibn Yūsuf. Ia adalah seorang ulama ahli fiqh dan teologi Islam (Mutakallimin). Nama kebesarannya adalahAl-‘Allāmah Syamsuddīn atau Abu Muḥammad Muḥammad al-Khasrusḥāhi.
b. Zaki ibn Ḥāsan ibn ‘Umar, yang terkenal dengan nama Abu Aḥmad al-Biliqāni. Ia adalah seorang ahli fiqh, teolog, ahli ushul dan muhaqqīq (ahli manuskrip).
c. Ibrahīm ibn ‘Abdul Wahhāb ibn ‘Ali, nama sebutan lainnya adalahImaduddīn Abu Ma’āli atau Al-Anṣarī al-Khuzrajī al-Zanjanī.
d. Ibrahīm ibn Muḥammad al-Sulamī al- Magrabī adalah seorang hakim yang terkenal diwilayah pinggiran Mesir.
e. Aḥmād ibn Khālil ibn Sa’ādah ibn Ja’fār ibn Isa al-Mihlabi. Ia adalah ketua hakim yang terkenal dengan nama Syamsuddīn Abu al-‘Abbās atau al-Khubi.
Karya-karya Imam Fakhruddin Ar Razi
Imam Fakhruddin Ar Razi menguasai berbagai bidang keilmuan seperti al-Qur’an, al-Hadith, tafsir, fiqh, usul fiqh, sastra arab, perbandingan agama, filsafat, logika, matematika, fisika, dan kedokteran. Selain telah menghafal al-Qur’an dan banyak al-Hadits, Fakhruddin al-Razi telah menghafal beberapa buku seperti al-Shamil fi Usul al-Din, karya Imam al-Haramain, al-Mu‘tamad karya Abu al-Husain al-Basri dan al-Mustasfa karya al-Ghazali. Intelektual sezaman dengan Fakhruddin al-Razi; di antaranya Ibn Rushd, Ibn Arabi, Sayfuddin al-Amidi dan Al-Suhrawardi.
Kecerdasan dan keilmuan beliau sangat tinggi, berbagai macam ilmu dipelajari dan dikuasainya, hal itu bisa dibuktikan dengan kitab-kitab karangan beliau, yang terdiri dari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, dan tak heran jika Ibnu Katsir dalam bidayah wan nihayahnya menyebutkan, bahwa karya tulis beliau mencapai sekitar dua ratusan buku.
Kesungguhan Ar-Rāzi dalam menggali berbagai macam ilmu sudah tampak ketika ia masi muda. Disebutkan bahwa beliau telah dapat menghafal kitab Syāmil karya Al-Juāinī, Al-Mustasyfa’ karya Al-Gazāli dan kitab Al-Mu’tamad karya tokoh ternama kaum mu’tazilah aliran Baṣrah.
Selain sebagai seorang mufassir, beliau juga seorang pakar fikhi dan Ushul fikhi. Ilmu kalam, ilmu kedokteran dan filsafat, mengenai bidang ilmu-ilmu tersebut ia telah menulis beberapa kitab terkait ilmu tersebut, dan kitab-kitanya menjadi rujukan banyak ulama-ulama sesudahnya. Beliau sangat unggul dalam berbagai disiplin ilmu. Sehingga banyak orang-orang yang datang dari belahan penjuru negeri, untuk meneguk sebagian dari keluasan ilmu beliau.
Meski pernah menulis karya tafsir yang sangat terkenal, Ar-Rāzi lebih dikenal sebagai ahli fiqih dan filosof. Beberapa karya di bidang filsafatnya ialah Syariḥ al-Isyaraḥ, yang berisi komentarnya mengenai kitab Al-Isyaraḥ wa At-Tanbihat karya Ibnu Sina. Sedangkan di bidang ushul fiqh karya besarnya berjudul Al-Maul fi ‘Ilmi Al-Uṣul, yang merangkum empat kitab besar dalam madzhab Syafi’i dan pendapat para ahli ilmu kalam.
Di masa tuanya, Ar-Razi menetap di Herat, Afghanistan. Di tempat itu ia membangun masjid, mengajar dan menulis beberapa kitab hingga ajal menjemput nyawanya pada tahun 606 H/1209 M. Di kota Herat itu pula jenazah tokoh yang telah menulis tak kurang dari 81 judul kitab itu dimakamkan.
Dilihat dari karya yng dihasilkan, Fakhruddin ar-Razi adalah seorang ulama yang sangat produktif dan memiliki wawasan yang cukup luas, tidak hanya terbatas pada bidang hukum dan metodologinya, tetapi juga dalam bidang filsafat, teologi (ilmu kalam), tafsir al-qur’an, tasawwuf, mantiq dan bahasa arab. Diantara karya yang dimaksud adalah :
a. Al-Tafsīr al-Kabīr: Mafātih al-Ghaib
b. Tafsīr al-Fatīnah
c. Al-Tafsīr al-Shagīr: Asrār al-Tanzīl wa anwār al-Ta’wīl
d. Nihāyat al-‘Uqūl
e. Al-Maṣul fi Ilm uṣul al-Fiqh
f. Al-Mabāhit al-Masraqiyah
g. Lubāb al-Isharāt
h. Al-Maṭālib al-‘Aliyah fi ilm al-Kalām
i. Al-Ma’ālim fi uṡul al-Fiqh
j. Al-Ma’ālim fi uṡul al-Dīn
k. Tanbīh al-isharah fi al-Uṣul
l. Al-arba’īn fi uṡul al-Dīn
m. Sirāj al-Qulūb
n. Zubdāt al-Afkār wa ‘umdāt al-Nażār
o. Sharh al-Isharat
p. Manāqib al-Imām al-Syafi’i
q. Tafsīr asmaillāh al-Husnā
Dan masih banyak lagi karangan-karangan beliau yang penulis tidak bisa sebutkan disini. Setidaknya kita bisa mengambil contoh dari kehidupan Intelektual Imam Fakhruddin Ar-Razi yang mampu menulis banyak karya. 6 karya dalam ilmu Tafsir, 20 karya dalam ilmu Kalam, 9 karya dalam bidang filsafat, 6 karya dalam ilmu Filsafat dan Kalam, 5 karya dalam Logika, 2 dalam Matematika, 6 karya dalam ilmu Kedokteran,(48 karya dalam MIPA) 9 karya dalam ilmu Syariah, 4 karya dalam bidang sastra, dan masih puluhan lagi karyanya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya. Masih banyak juga karyanya masih dalam bentuk manuskrip dan belum dikaji.
Sekilas tentang Tafsir Kabiir
Tafsir Mafaihul Ghaib atau yang dikenal sebagai Tafsir al-Kabir dikategorikan sebagai tafsir bir ra’yi (tafsir yang menggunakan pendekatan aqli), dengan pendekatan Mazhab Syafi’iyyah dan Asy’ariyah. Tafsir ini merujuk pada kitab Az-Zujaj fi Ma’anil Quran, Al-Farra’ wal Barrad dan Gharibul Quran, karya Ibnu Qutaibah dalam masalah gramatika.
Riwayat-riwayat tafsir bil ma’tsur yang jadi rujukan adalah riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Sudai, Said bin Jubair, riwayat dalam tafsir At-Thabari dan tafsir Ats-Tsa’labi, juga berbagai riwayat dari Nabi saw, keluarga, para sahabatnya serta tabi’in.
Sedangkan tafsir bir ra’yi yang jadi rujukan adalah tafsir Abu Ali Al-Juba’i, Abu Muslim Al-Asfahani, Qadhi Abdul Jabbar, Abu Bakar Al-Ashmam, Ali bin Isa Ar-Rumaini, Az-Zamakhsyari dan tafsir Abul Futuh Ar-Razi.
Ada riwayat yang menjelaskan bahwa Ar-Razi tidak menyelesaikan tafsir ini secara utuh. Ibnu Qadi Syuhbah mengatakan, “Imam Ar Razi belum menyelesaikan seluruh tafsirnya”. Ajalnya menjemputnya sebelum ia menyelesaikan tafsir Al Kabiir. Ibnu Khulakan dalam kitabnya wafiyatul a’yannya juga berkata demikian.Jadi siapa yang menyempurnakan dan menyelesaikan tafsir ini?dan sampai dimana beliau mengerjakan tafsirnya
Ibnu hajar Al ‘Asqalani menyatakan pada kitabnya ,” Yang menyempurnakan tafsir Ar Razi adalah Ahmad bin Muhammad bin Abi Al Hazm Makky Najamuddin Al Makhzumi Al Qammuli, wafat pada tahun 727 H, beliau orang mesir. Dan penulis kasyfu Ad dzunuun juga menuturkan,” Yang merampungkan tafsir Ar Razi adalah Najamuddin Ahmad bin Muhammad Al Qamuli, dan beliau wafat tahun 727 H. Qadi Al Qudat Syahabuddin bin Khalil Al Khuway Ad Dimasyqy, juga menyempurnakan apa yang belum terselesaikan, beliau wafat tahun 639 H.
Latar belakang dan sejarah penulisan
Apabila dicari di dalam kitab tersebut, tidak ditemui petunjuk yang menyatakan dinamakan sebagaimana yang tersebut. Bahkan tidak disebut juga di dalam mukadimahnya dengan nama yang tertentu sebagaimana buku lain. Apabila dikaji dalam beberapa buah kitab biografi ulama lain terdapat beberapa penyataan berkaitan kitab ini, antaranya:
1. Al-Dāwudi berkata ”Tafsīr al-Kabīr ini ditulis sebanyak 12 jilid dengan di namakan Fath al-Ghaib atau Mafātih al-Gaib.”
2. Berkata pula Siddiq Hasan: Kitab Mafātih al-Ghaib yang dikenali juga sebagai Tafīr al-Kabīr dihasilkan oleh Fakhr al-Dīn, Muḥammad bin ‘Umar al-Rāzi – wafat 606H.
Menurut sebagian ulama, seluruh kandungan kita tafsir al-Kabīr al-Musammā mafātih al-Gaib, itu bukanlah karya otentik dari imām ar-Rāzi yang utuh, karna ia belum sempat menuntaskan penafsiran 30 juz dari ayat-ayat Al-Quran, seputar hal ini,terdapat beberapa ulama yang menyebutkan tentang batasan penafsiran ayat Al_Quran yang diselesaikan oleh imām Ar-Rāzi sendiri. Ada yang mengatakan imām Ar-Rāzi hanya menyelesaikan tafsirnya sampai surah Al-Ambiyā. Pendapat kedua mengatakan bahwa ar-Rāzi menyelesaikan tafsirnya hingga surah al-Wāqi’ah, ada juga yang mengatakan bahwa ar-Rāzi telah menyelesaikan tafsirnya hingga surah Al-Bayyinah, dengan alasan beliau pernah mengutip ayat 5 dari surah Al-Bayyinah.
Mengenai perbedaan pendapat terkait Ar-Rāzi menyelesaikan tafsirnya atau tidak, Al-‘Umari menyimpulkan setelah melakukan penelitian bahwa sebenarnya imām Ar-Rāzi telah menyelesaikan penulisan tafsir 30 juz Al-Quran. Akan tetapi karena kekacauan yang terjadi yan menimpa kota Khawarizmi, yang diantaranya disebabkan karna adanya serangan yang dilakukan oleh Tatar 11 tahun setelah Ar-Rāzi meninggal dunia, maka hilanglah satu juz dari kitab itu. Kekurangan itu kemudian dilengkapi oleh Syihauddīn Al-Kūby (w. 639. H/1241 H)
Metode dan Corak Penafsiran
Dari hasil analisis penulis, di tinjau dari metode yang digunakan Ar-Rāzi dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, sama juga seperti mufassir yang lain, beliau berusaha menafsirkan dan menjelaskan semua isi ayat Al-Quran, baik yang berkaitan dengan masalah kebahsaan, akidah, syariat, ahklak maupun sejarah. Oleh karna itu, tafsir Al-Kabir ini dikategorikan sebagai kitab tafsir bi-Ra’yi, dengan metode tahlili sekaligus maudhui, dan bercorak ilmi, adabi, fikhi dan aqidi.
Hanya saja, yang menjadi karakteristik khusus dari tafsir ini, adalah keluasan dan kedalaman pembahasan yang dilakukan oleh imām Ar-Rāzi dalam menafsirkan satu ayat al-Quran, selain itu Imām Ar-Rāzi telah mencurahkan perhatian untuk menerangkan hubungan-hubungan antara satu ayat dengan ayat yang lainnya (Munasabah bil-ayah), dan hubungan antara surah ( Munasabah bi As-Surah), Adakalnya beliau tidak hanya mengemukakan satu hubungan saja, tapi lebi dari satu hubungan. Walaupun demikian, beliau juga tidak melewatkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan gramatika dan sastra.
Dalam bidang fikhi Imām Ar-Rāzi selalu berusaha menjelaskan pendapat Imam Syafi’i khususnya pada ayat-ayat yang berkaitan masalah fikhi dan ushul fikhi. Sedangkan dalam bidang Teologi atau ilmu kalam, Ar-Rāzi banyak mengungkapkan pemikiran yang dikembangkan oleh Abu Musa Al-Ays’ari, yaitu ketika membahas ayat-ayat yang berkaitan tentang ketuhanan, bahkan beliau selalu berusaha menyangkal ide-ide mu’tazila begitupula aliran-aliran yang dianggap sebagai aliran sesat.
Ar-Rāzi juga dalam tafsirnya menambahkan ayat-ayat israilyat namun sangat sedikit sekali. Tujuan beliau menulis ayat-ayatisrailyat dalam tafsirnya adalah untuk membantah dan meluruskan kepada kisah yang sebenarnya. Seperti kisah harut dan marut, kisah Daud, Sulaimān, dan banyak kisah yang lainnya. Disinilah peran Imām Ar-Rāzi untuk meluruskan kembali kepada kisah yang benar yang berasal dari hadtis yang shahih.
Di samping itu menurut Al-‘Umari bahwa banyak pemikiran Ar-Rāzi yang dikembangkan dalam tafsirnya tersebut diorentasikan pada pemikiran filsafat dan kalam, bahkan bias dikatakan bahwa Ar-Rāzi berusaha mencari titik temu antara filsafat dan wahyu. Metode yang digunakan Oleh Imām Ar-Rāzi ini merupakan metode yang baru dan tidak banyak digunakan atau diluar kebiasaan yang dilakukan oleh para ahli tafsir pada waktu itu, sehingga sebagian ulama telah menyeut bahwa Ar-Rāzi pelopor penfsir yang bercorak ‘ilmi.
Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh tafsir Ar-Rāzi yang ditemukan bagi yang meneliti tafsir ini, antara lain sebagai berikut:
1. Mengutamakan tentang munasabah surat-surah Al-Quran dan ayat-ayatnya satu sama lain sehingga beliau menjelaskan hikmah-hikmah yang terdapat dalam urutan Al-Quran dan ayat dengan keilmuan yang berkembang.
2. Membubuhkan banyak pendapat para ahli, baik ahli falsafah, ahli ilmu kalam, ahli fikhi dan lain-lain.
3. Kalau beliau menemui ayat hukum, maka beliau selalu menyebutkan semua madzhab fuqaha. Akan tetapi, ia lebih cenderung kepada madzhab Syafī’i yang merupakan pegangannya dalam ibadah dan mu’amalat.
4. Ar-Rāzi menambahkan dari apa yang telah disebutkan di atas, dengan masalah tentang ilmu ushul, balaghah, nahwu dan yang lainnya, sekalipun masalah ini dibahas tidak secara panjang lebar.
5. Belia melengkapi tafsirnya dengan menjelaskan Asbab al-Nuzul.
Adapun kekurangan yang terdapat dalam tafsir Ar-Rāzi, ada bebrapa pandangan Ulama mengenai hal ini, antara lain:
1. Abu Hayan (w. 988H/1580 M) berkata: “Dalam tafsir Al-Kabīr, Ar-Rāzi telah mengumpulkan berbagai hal yang tidak mempunyai kaitan dengan masalah penafsiran ayat Al-Quran,” lebih tegas lagi, sebagian ulama ada yang mengatakan: “ Segala hal dapat ditemukan dalam kitab Tafsīr Al-Kabīr, kecuali penafsiran Al-Quran,”
2. Manna’Al-Qaṭṭan mengemukakan bahwa: “Ilmu aqliyah mendominasi isi kitab Tafsīr Al-Kabīr, sehingga bisa dikatakan bahwa kitab tafsir ini telah keluar dari ruh tafsir Al-Quran,”
3. Rāsyid Riḍa (w. 1935 M) berkata: “Ar-Rāzi adalah orang ahli tafsir yang sangat sedikit mengetahui tentang sunnah,”
4. Ibnu Ḥajār Al-‘Asqalāni (w. 852 H/1448 M) didalam kitab lisān Al-Mizān mengemukakan bahwa saya membaca dalam ikṡir fil ilmi at-Tafsīr yang disusun oleh At-Tūfi, ia mengatakan bahwa banyak kekurangan yang ditemukan alam kitab Tafsīr Al-Kabīr,
Diantara beberpa kritikan yang menghujat metode yang dipakai Imām Ar-Rāzi, sebenarnya beliau beralasan bahwa, yang dilakukan itu lebi baik dari pada penafsiran Al-Quran dengan hanya berkutat pada pembahasan gramatika dan sastra suatu ayat. Para penafsir perlu mengungkapakan segala rahasia yang dikandung Al-Quran melalui ilmu pengetahuan yang telah dikuasai, dengan demikian akan tampak kekuasaan Allah dan mukjizat Al-Quran dalam bidang ilmu pengetahuan disamping hanya bidang tata bahasa dan sastra saja.
Apalagi kalau hanya berkutat pada masalah fiqhiyah saja, maka akan terkesan seakan-akan Al-Quran hanya sebagai sumber hukum saja, padahal Al-Quran itu. Disamping sebagai sumber hukum, ia juga merupakan sumber segala macam ilmu pengetahuan lainnya. Para ahli tafsir seharusnya menggali beberapa ilmu pengetahuan yang dikandung Al-Quran, karna ayat-ayat Al-Quran banyak bercerita tentang rahasia alam, manusia, berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan anjuran untuk mengkaji itu semua, jumlahnya lebih banyak kalau dibandingkan dengan ayat-ayat ahkam yang berjumlah tidak lebih dari 200 ayat saja.
Contoh tafsir Ar-Razi
Di bawah ini, akan kami sajikan beberapa contoh tafsir al-Razi diantaranya telihat dalam menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 2 :
قوله تعالى ( لاريب فيه ) فيه مسألان :
المسألة لأولى : الريب قريب من الشك وفيه زيادة كأنه ظن سوء تقول رابني أمر فلان إذا ظننت به سوءِِ, ومنها قوله عليه السلام " دع ما يريبك إلى ما لا يريبك " فإن قيل : قد يستعمل الريب في قولهم " ريب الدهر " و " ريب الزمان " اي حوادثه قال الله تعالى ( نتربص به ريب المنون ) ويستعمل أيضا في معني ما يختلج في القلب من أسباب الغيظ
قلنا : هذان قد يرجعان إلى معنى الشك لأن ما يخاف من ريب المنون محتمل فهو كالمشكوك فيه وكذلك ما اختلج بالقلب فهو غير متيقن..............
Firman Allah : tidak ada keraguan padanya (QS Al-Baqarah : 2), ayat ini mengandung dua masalah.
Masalah pertama : kata al-raib hampir sama maknanya dengan asy-syak, tetapi di dalamnya ada tambahan seakan-akan ia prasangka buruk. Engkau katakan : “perkara si fulan meragukan diriku apabila kamu berprasangka jahat terhadapnya.” Seperti sabda Nabi yang berbunyi : “tinggalkan hal yang meragukanmu kepada hal yang tidak meragu-ragukanmu.” Maka jika dikatakan : kata al-raib kadang-kadang digunakan dalam perkataan mereka : raib al-dahr, raib al-zaman, yakni kejadian-kejadiannya.
Melihat hasil penafsirannya al-Razi terhadap al-Qur’an, beliau menggunakan metode tahlili yang ditinjau dari segi pengumpulan datanya, dan ditinjau dari sumber penafsirannya menggunakan tafsir bi al-matsur dan bi al-ra’yi, disamping itu apabila ditunjau dari metode analisisnya yaitu tafsir tafshily yaitu secara terperinci.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Nama lengkap Ar-Rāzi adalah Muḥammad bin ‘Umar bin Ḥusain bin Ḥasan bin ‘Ali Attamimī Al-Bakhri l-Rāzi, beliau memiliki banyak gelar seperti: Katib Ar-Ray, syaikhul islam,Imam Dan fakhuddin. beliau dilahirkan di Ray, yaitu sebua kota yang terletak disebelah tenggara Teheran Iran pada tanggal 15 Ramadhan tahun 544 H/1149 M, kemudian beliau wafat pada bulan syawal, 606 H/1209 M.
2. Nama Mafātih Al-Gaib atau Al-Kabīr adalah pemberian langsun dari imam Ar-Rāzi tidak diketahui apa alasan terkait pemberian nama kitab tersebut karna tidak ditemukan dalam kitabnya. Menurut sebagian ulama, seluru kandungan kita Tafsīr Al-Kabīr al-Musammā mafātih al-Gaib, itu bukanlah karya otentik dari Imām ar-Rāzi yang utuh, karna ia belum sempat menuntaskan penafsiran 30 juz dari ayat-ayat Al-Quran. Disebabkan karena kekacauan yang terjadi yang menimpa kota Khawarizmi, yang diantaranya disebabkan karna adanya serangan yang dilakukan oleh Tatar 11 tahun setelah Ar-Rāzi meninggal dunia, maka hilanglah satu juz dari kitab itu. Kekurangan itu kemudian dilengkapi oleh Syihauddīn Al-Kūbī (w. 639. H/1241 H)
3. Tafsīr Al-Kabīr ini dikategorikan sebagai kitab tafsir bi-Ra’yi, dengan metode tahlili sekaligus maudhui, dan bercorak ilmi, fikhi dan aqidi.
4. Imām Ar-Rāzi dalam tafsirnya, memiliki banyak keistimewaan, orang yang telah meneliti tafsir ini pasti akan mendapatkan beberapa poin penting.
Namun ada beberapa ulama yang mengkritik metode yang dipakai oleh Imām Ar-Rāzi karna menurut mereka, metode yang dipakai oleh Imām Ar-Rāzi itu diluar kebiasaan para ahli tafsir kebanyakan, tapi Ar-Rāzi memiliki alasan tersendiri, menurut beliau, Al-Quran memiliki banyak wawasan ilmu pengetahuan, jika seorang mufassir hanya fokus pada satu corak tafsir saja misalnya hanya fokus pada ayat-ayat hokum saja, maka seakan-akan Al-Quran hanya sebagai sumber hukum padahal Al-Quran memiliki banyak cabang ilmu pengatahuan.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda
Demikianlah Artikel Imam Abu Abdillah Muhammad Ar-Rozi Penulis Tafsir Al-Kabir
Sekianlah artikel Imam Abu Abdillah Muhammad Ar-Rozi Penulis Tafsir Al-Kabir kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Imam Abu Abdillah Muhammad Ar-Rozi Penulis Tafsir Al-Kabir dengan alamat link https://manfaatobatini.blogspot.com/2017/01/imam-abu-abdillah-muhammad-ar-rozi.html